Beranda | Artikel
Jihad Dijalan Allah adalah Siyahah (Pariwisata)
Selasa, 8 November 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Jihad Dijalan Allah adalah Siyahah (Pariwisata) adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 13 Rabi’ul Akhir 1444 H / 08 November 2022 M.

Jihad Dijalan Allah adalah Siyahah (Pariwisata)

Hadits terakhir yang kita bahas adalah:

وعنْ أبي أُمامَةَ ، رضي اللَّه عنْهُ ، أنَّ رَجُلاً قالَ : يا رسولَ اللَّه ائذَن لي في السِّياحةِ . فَقالَ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « إنَّ سِياحةَ أُمَّتي الجِهادُ في سبيلِ اللَّهِ ، عَزَّ وجلَّ » رواهُ أبو داود بإسناد جيِّد .

Dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa ada seseorang yang datang menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian berkata: “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku untuk bepergian ke negeri orang lain (pariwisata).” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya bepergian (berpariwisata) bagi umatku itu adalah berjihad fiisabiliilah ‘Azza wa Jalla.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang baik.)

Siyahah adalah semacam pariwisata. Dimana seseorang ingin berkeliling/berjalan-jalan. Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan tentang perjalanan yang ada manfaatnya. Kata beliau: “Sesungguhnya wisata umatku itu adalah berjihad dijalan Allah ‘Azza wa Jalla.” Yaitu seseorang pergi untuk berjihad tatkala ada jihad yang sesuai dengan aturan syariat Allah ‘Azza wa Jalla. Maka ini termasuk dalam wisata.

Termasuk dalam siyahah juga adalah perjalanan untuk berdakwah, menyeru manusia kepada Allah. Seseorang mendatangi suatu tempat yang disana dia memberikan dakwah kepada hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka ini insyaAllah termasuk bagian siyahah yang disyariatkan dan bagian dari jihad.

Hadits berikutnya:

وعَنْ عبدِ اللَّهِ بن عَمْرو بن العاص ، رضي اللَّه عنهمَا ، عنِ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال: « قَفْلَةٌ كَغزْوةٌ » . رواهُ أبو داود بإسناد جيد .

Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash Radhiyallahu ‘Anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Kembali dari peperangan itu pahala (perjalanannya) sama.” (HR. Abu Dawud dengan isnad yang baik.

Alqaftah ialah kembali (pulang). Karena dalam peperangan itu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengutus orang-orang untuk pergi ke tempat peperangan. Kemudian ketika pulang dari tempat peperangan, maka pulangnya itu disesebut qaflah.

Hadits berikutnya:

وعن السائب بن يزيد و رضي اللَّه عنْهُ ، قالَ : لمَّا قدِمَ النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم مَنْ غَزوةِ تَبُوكَ تَلَقَّاه النَّاسُ ، فَتَلَقَّيْتُهُ مع الصِّبيانِ على ثَنيِّةِ الوَداعِ . رواه أبو داود بإسناد صَحيحٍ بهذا اللفظ ، وَرَواه البخاريُّ قال : ذَهَبْنَا نتَلقَّى رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم مَعَ الصِّبيَانِ إلى ثَنِيَّةِ الوَداعِ .

Dari As-Saib bin Yazid Radhiyallahu ‘Anhu, katanya: “Ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang dari peperangan Tabuk, lalu disambut oleh orang banyak. Maka Aku pun juga menyambut beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersama beberapa anak kecil dari sebuah gunung bernama Tsaniyyatul wada’.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shahih. Dengan redaksi ini juga diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, katanya: “Kami pergi untuk menyambut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersama beberapa anak-anak kecil di bukit Tsaniyyatul wada’.”)

Hadits ini menjelaskan kepada kita dianjurkannya menyambut kedatangan pasukan yang kembali dari berjihad dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita bergembira dengan kedatangan mereka, apalagi tatkala mereka mendapatkan kemenangan. Ini satu nikmat yang besar dari Allah ‘Azza wa Jalla kepada kaum mukminin.

Hadits berikutnya:

وعَنْ أبي أُمَامَةَ ،رضي اللَّه عَنْهُ ، عَن النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ : « مَنْ لم يغْزُ ، أوْ يُجهِّزْ غَازياً ، أوْ يَخْلُفْ غَازياً في أهْلِهِ بِخَيرٍ أصابَهُ اللَّه بِقَارِعةٍ قَبْلَ يوْمِ القِيامةِ » . رواهُ أبو داود بإسناد صحيحٍ .

Dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Barangsiapa yang tidak pernah mengikuti peperangan, atau tidak pernah membantu persiapan untuk orang yang akan berjihad, atau dia tidak menggantikan pada keluarganya orang yang pergi berperang, maka Allah akan menimpakan kepadanya satu bencana sebelum datangnya hari kiamat.” (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih)

Hadits ini menjelaskan kepada kita tentang salah satu dari hukum pergi berjihad dijalan Allah, disaat adanya jihad yang sesuai dengan syariat Allah. Karena jihad itu ada syarat, hukum, dan adab-adabnya.

Ketika ada jihad yang betul-betul sesuai dengan syariat, maka seorang tidak boleh meninggalkannya. Jika dia memang sudah termasuk orang-orang yang memenuhi syarat wajib untuk berjihad, maka dia tidak boleh mundur/alpa dalam menyertai peperangan tersebut. Bahkan ada ancaman (dosa besar) bagi orang yang meninggalkan berjihad dijalan Allah disaat dia wajib mengerjakannya.

Hadits ini juga menjelaskan kepada kita tentang kewajiban kaum muslimin untuk mempersiapkan diri dengan segala apa yang mereka miliki untuk suatu kepentingan, yaitu jika terjadi peperangan dijalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga kaum muslimin benar-benar mempersiapkan diri untuk ikut dalam jihad tersebut.

Hadits ini juga menjelaskan kepada kita tentang kewajiban menjaga barisan terdepan dalam peperangan. Demikian pula termasuk hal yang diperintahkan oleh agama kita adalah menjaga daerah-daerah perbatasan kaum muslimin. Hal ini agar tidak dimasuki oleh musuh-musuh. Ini semua adalah dalam rangka menjaga satu negeri dan kehormatan kaum muslimin.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajian kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52352-jihad-dijalan-allah-adalah-siyahah-pariwisata/